Beautiful Call

falihashidqiya
2 min readJan 25, 2024

--

Aku terbangun setelah menyadari jari-jemari tangan dan kakiku menggigil. Jendela kamarku ternyata masih terbuka, pantas saja angin malam masuk pergi membuat ruang kamarku menjadi dingin. Lalu aku melihat jam.

3 am.

Aku turun dari ranjang kasurku dan berjalan keluar kamar. Dari atas kamarku, terdengar suara lelaki lirih tengah memulai percakapan. Adikku. Lalu aku mendekat ke kamarnya, lama-kelamaan suaranya menjadi jelas terdengar. Rupanya dia sedang menelefon. Dengan sengaja aku duduk dan mendengar pembicaraannya.

Assalamualaikum..

Hudang euy (bangun), tahajud,”

Ulah sare deui nya… (jangan tidur lagi ya..),”

Tak lama, panggilannya ia tutup setelah memastikan temannya terbangun. Lalu ia kembali menelefon temannya yang lain agar bangun tahajud malam itu.

Takjub aku :’)

Beberapa waktu lalu saat libur kemarin, aku sering menggelar karpet di ruang keluarga untuk mengerjakan tugas-tugas dan sekedar membaca atau belajar. Adik bungsuku selalu ikut, menggambar-gambar di tab, baca buku random, dan terkadang menanyakan isi buku itu kalau ada hal yang tidak ia pahami. Suatu saat ia terlihat sibuk dengan post-it kuning-ku yang tergeletak di karpet.

“Tina lagi ngapain?” Tanyaku.

“Nulis-nulis aja, eh minta post-it ya,” jawabnya.

Tanpa memperhatikan jelas apa yang ia kerjakan, aku lanjut membaca.

Kerjaan Adek

Beberapa saat setelahnya, post it bertuliskan doa-doa itu telah terpajang di setiap cermin dan pintu kamar mandi rumahku. Aku melihatnya tertawa, senang, bangga, apa lagi ya —

Terharu. Aku bisa berulangkali teringat untuk membaca doa yang seringkali kelupaan. Doa dan permohonan agar kita dapat juga menata perbuatan (akhlak) selain daripada apa yang tampak (fisik).

Ini terjadi berbulan lalu, saat di tengah kesibukan perkuliahan dan amanah di kampus, aku baru menyempatkan diri untuk pulang. Mengingat-ingat kembali hal itu, aku jadi tau alasan kenapa aku menyukai rumah: sebuah tempat, sekaligus rasa yang menginspirasiku, menyeruku untuk terus memperbaiki diri.

Seruan, ajakan, panggilan, atau apapun itu kau menyebutnya, adalah arti dari da’wah. Ia adalah bahasa tubuh, pikiran, dan ucapan yang menjunjung nilai luhur, menyeru seseorang tuk menuju kebaikan.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri (Muslim)’?” (QS Fushshilat [41]: 33)

--

--

falihashidqiya

Suka untuk mengikat temuan-temuan baru, senang juga bila teman-teman ikut tau.