Outfit

“Who are you pleasing with this look?”

falihashidqiya
2 min readFeb 16, 2024

Ada yang suka kesel nggak kalau diingetin kerudungnya kependekan? Haha..

Saya sih pernah-pernah aja, tp anyway

[Tulisan ini adalah refleksi saya, no offense, tapi silakan diambil pelajarannya]

Menurut saya, di Indonesia jilbab yang super duper lebar atau tipis-tipis 🌾🌾transparan hampir tidak melulu menandakan kualitas kesolehah-an seseorang. Kalau melihat realita sosial, cara orang berpakaian dan berpenampilan bisa tergantung apapun, entah itu karena kebiasaan dia sejak kecil, budaya lingkungan, bekal pengetahuan, atau ya se-nyaman-nya aja. Alasan itu kadang-kadang juga berubah, seiring perkembangan zaman dan diri menuju Emas2045 hehe. Jangan jauh-jauh melihat realita sosial di sebelah deh, ngaca dulu aja ke diri sendiri, “saya berpakaian seperti ini karena apa ya?”

Saya kadang gemas kalau alasannya “kebebasan”, jiah si paling bebas.

Kalau kata Ustadzah Haifa gini,

When you’re in front of that mirror, remember you’re a servant of Allah. And say this to Him, ‘Is this how You want me to go out?’

Wah saya langsung jleb hehe. Bukan soal teknis lagi (kerudung pendek, baju tipis, celana ngatung (?), ga pake kaos kaki) yang diingatkan, tapi soal penghayatan identitas diri sebagai hambanya Allah. Meski rada bergejolak antara hati dan pemikiran, lebih ekstrim lagi — antara hati dan nafsu, tapi coba jujur deh.

Do you love Allah more than your beauty?

Kan benar ini adalah tulisan refleksi. Dan ketika kita berefleksi, do’anya begini:

“Segala puji hanya bagi Allah. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah perindah rupaku, maka perindah juga akhlakku.”

Kata guru saya, pakaian terbaik adalah pakaian taqwa, tapi bukan baju koko tiap hari Jumat maksudnya haha

Jadi, semangat! Semua butuh proses :)

--

--

falihashidqiya

Suka untuk mengikat temuan-temuan baru, senang juga bila teman-teman ikut tau.