Sahibul Menara

“Apa itu orang besar?”

falihashidqiya
3 min readFeb 3, 2024

Film keluaran tahun 2012 itu, Negeri 5 Menara, baru hari ini kutonton dengan mindful hehe. Melihat suasana dan latarnya aku jadi kepengen mondok, jadi santri, belajar hidup dalam lingkungan kehidupan Islami, punya sahabat-sahabat yang saling support, dan pengajar-pengajar yang mendidik. Oh ya, senang juga menemukan karakter tokoh utamanya, Alif, yang juga suka menulis.

Tapi Alif sebenarnya nggak mau mondok.

Alif dan Ayahnya dalam Film Negeri 5 Menara

Penerimaan yang berat terhadap takdir serta perjalanan di pesantren membawanya pada pembelajaran-pembelajaran yang meyakinkannya bahwa, “ini bukan pilihan yang buruk, tapi takdir yang baik”.

Terkadang, kita memang nggak benar-benar ngerti jalan mana yang terbaik. Meski begitu, kita tetap memiliki harapan dan keinginan untuk menentukan pilihan kita sendiri. Tapi dengan kerendahan hati atas penerimaan takdir, pada akhirnya kita legowo, dan menyadari bahwa ternyata ego ini masih terlalu besar. Dan jadi teringat bahwa kita tak boleh membiarkan nafsu dan kesombongan menjadi nahkoda dalam pelayarannya.

“Indah ya menara itu? Bikin kuingat dua hal. Aku ini kecil sekali ternyata, dan ada sajo orang yang membangun menara seindah itu di tengah kampung yang seperti ini. Hebat toh?” kata Baso.

Iyo,”

Sahibul Menara

Sahibul Menara, ‘yang punya menara’. Mereka tak berjalan dengan merunduk, hanya meratapi nasib yang tak sejalan dengan keinginannya. Mereka selalu melihat peluang dan kesempatan; tak menutup jalan masuknya ilmu dengan gelas yang terisi penuh. Mereka berjalan dengan rendah hati, sadar bahwa “aku ini kecil sekali ternyata” ; tak pantas ujub dan bejalan atas kesombongan. Sahibul Menara, mereka akan memaknai setiap langkah demi langkah, pendakian demi pendakian, amalan yang terjaga dengan keikhlasan untuk menjadi orang-orang besar.

“Hebat toh?”

“Di sini, kalian juga akan kami didik untuk menjadi orang besar.”

“Apa itu orang besar?

“Apakah jadi pengusaha besar, jadi menteri, ketua partai, atau ketua ormas Islam?”

“Bukan itu yang saya maksud orang besar.”

“Orang besar itu adalah mereka yang lulus dan keluar dari pesantren ini kemudian dengan ikhlas mengajarkan ilmunya kepada orang-orang di pelosok-pelosok. Itu yang saya maksud orang besar.”

Maksudnya, bukan soal nama tahta dan jabatan. Tapi suatu pekerjaan. Apa pun nama perannya, siapa pun orangnya, jadi apa pun seseorang di mata masyarakat: mahasiswa, guru, petani, orangtua, anak, dokter, insinyur, pengusaha, presiden; orang besar itu mereka yang ikhlas, niat dan pekerjaan yang murni, untuk mengajarkan, membina, dan mengajak diri beserta orang-orang di sekitarnya terhindar dari “keterpelosokan” ilmu. Merekahkan iman, ilmu, dan amal.

Kelas pertama

“Ingat, bukan yang paling tajam..”

“..tapi yang paling bersungguh-sungguh,”

Man jadda wajada.

--

--

falihashidqiya

Suka untuk mengikat temuan-temuan baru, senang juga bila teman-teman ikut tau.